Minggu, 27 Oktober 2013

Salju dan Semi

Selamat hari blogger nasional bagi semua blogger :) sebagai blogger amatiran cuma bisa bilang selamat aja.. 
Beberapa waktu lalu sempet ketemuan sama temen SD yang gatau udah berapa lama nggak ketemu, mungkin sepuluh, sebelas atau duabelas taun? awal ketemu lagi seperti biasa di social media, walaupun dia bilang, dia pernah liat saya, dan anehnya nggak berani negor, wajar sih di SD kan saya (menurut dia) dikenal jutek,ngahahhahha.. dia juga sekarang baca blog ini katanya, haiiii wahid :D

beberapa hari ini saya dan Wahid main sambung-sambungan tulisan, walaupun diwarnai dengan perdebatan seperti 
"udah ah ending aja hid"
"jangan ih terusin aja"
"shit! ternyata Danu udah tunangan ceu?"
"kamu aja yang ungkapin alesannya, ga tega ceu"
atau
"hid tadi kan aku bikin dianya ke toilet kok sekarang di meja?"
"kan udah selesai ke toiletnya unceee"

-____-

tapi oke akhirnya selesaiiii, yeee!!! hasilnya bagus? nggak juga sih,hahahaha yang penting dari permainan ini kan kita happy, asiknya dalam nyambungin tulisan, kita nggak tau temen kita akan nulis apa atau akan sama nggak dengan pemikiran kita? tapi fun! berikut saya co-pas tulisan kita, dan sesuai permintaan Wahid, judulnya Salju dan Semi, enjoy!



                                                  Salju dan Semi

Ini ketiga kalinya Danu dan Ara saling memandang, Danu tidak ingin kehilangan moment itu tapi ia memilih untuk memalingkan wajahnya, Danu gugup. Danu tidak sanggup memandang Ara lebih lama, ia khawatir Ara akan tahu bagaimana perasaan Danu yang sebenarnya. Sedangkan ia seperti tahu Ara tidak memiliki perasaan yang sama.
Danu tak tau, paha Ara sudah membiru ia cubiti sendiri, sama seperti kemarin. Danu diam-diam mencuri pandang sekali lagi dan dia sepertinya mulai sadar bahwa Ara sedang gelisah, apa iya Ara sedang menunggu saat dimana Danu mengungkapkan perasaannya? Tapi Danu lagi-lagi ragu, ia terlalu takut, pengecut.
Danu mengais-ngais ingatannya, untuk mengurai tiap detik pertemuan pertamanya dengan Ara. siapa yang tau kini Danu jatuh cinta dengan sosok mungil itu, Ara masih cantik sama dengan kemarin Dia begitu manis dengan balutan senyuman yg selalu menghiasi wajahnya, hal yg membuat danu tak pernah lupa. Ketika danu sedang mengais-ngais ingatannya tersebut, tiba-tiba Ara mengagetkannya..
"danuuu" panggil Ara dengan manja, suara yg Danu suka.
" ya ra?". Ara tetap diam, kini danu memanggil dengan manja. Ara kembali gugup, Ara lupa mau bilang apa,
Dan danu kini semakin sadar bahwa arapun sepertinya memiliki rasa yg sama, Dua insan yg sama2 sedang jatuh cinta, "oh indahnya" cetus danu tanpa ia sadari,
Lalu ara-pun bertanya, "apanya yg indah danu?"
"gak td gw lagi ngelamun" sergah Danu.
"ngelamunin apa nu" Ara bertanya basa-basi, dan seketika berubah penasaran setengah mati ketika Danu bilang "ngelamunin tentang salju dan semi"
"Salju dan semi?" Tanya ara dengan penuh harap.
"Maksudnya apa nu?", ara masih mencari jawaban dari ucapan Danu tadi
‘Salju dan semi, 2 musim yang sama2 dicintai Tuhan, musim bagi orang2 yg jatuh cinta, indah tapi tidak pernah bisa bertemu, sama seperti kita. Danu ingin mengatakannya namun Danu memilih untuk bilang "mau tau? mau tau aja apa mau tau banget?"
"Aaah danu bikin ara penasaran aja, maau tau bangeet doong nu!!" Seru ara dgn semangatnya.
Namun danu lagi2 berkelit dan hanya melemparkan senyum yg mampu membuat ara terdiam. Setelahnya mereka saling terdiam tanpa sepatah katapun.
Lalu tiba-tiba danu menyimpan tangannya diatas kepala Ara "gausah ngelamun yuk makan". Ara tak tau mukannya sudah tak karuan, sedangkan Danu menikmati moment itu sambil sesekali memalingkan wajah karena gugup melihat langsung ke mata Ara,Tanpa pikir panjang ara mengiyakan ajakan danu,
"makan kemana nih nu?",
"udah ayo ikut aja" seru danu dan tanpa sadar tangan danu menggenggam tangan ara.
Sontak saja ara kaget namun tak ada gestur penolakan, ara menikmati momen itu. Danu dan Ara saling mengulum senyum. di sebuah rumah makan senderhana Ara memilih duduk sedekat mungkin dengan danu, tp Danu beranjak dan memilih duduk berhadapan dengan Ara. seperti ini Danu ingin memandang wajah Ara lekat di antara lampu kuning yg termaram dan Ara sekali lagi dibuat malu olehnya, ketika kedua bola mata mereka bertemu dlm satu titik koordinat yg sama. Sungguh momen yg sangat mereka nikmati satu sama lain, lalu danu memberanikan diri tuk memulai percakapan.
"Ara, ga pernah peduli cuaca, setiap ke kedai ini pasti lo pesen vanilla ice cream, gw belum pernah nanya kenapa ya ra?"
"soalnya manis, aku selalu ngerasa ada rasa manis yg tersisa aja setelah makan ice cream, seenggaknya kalau ada hal yg menjengahkan setelah makan ice cream, ada manis yg kesisa di mulut, atau diingatkan" Ara menjelaskan dengan sesekali melihat atap. Danu tersenyum.
"Oooh begitu ya," jawab danu,
setelahnya ara berbalik bertanya, "km sendiri ko seneng bgt sama kopi sih?".
"Oh ini? Hmm menurutku, kopi tuh unik, disana ada dua rasa yg berkebalikan tp saling melengkapi, bayangin kalo kemanisan? Ato kalo terlalu pahit?, ibarat hidup tuh harus seimbang dan saling melengkapi" jelas danu dgn gaya sok2 ngerti dan sok filosofis. Ara kembali tersenyum dan mengangguk entah mengerti ato iya iya aja.
Lalu Danu, entah keberanian dr mana bertanya pada Ara
"apa kabar Gilang?" dengan senyum, senyum yang hambar.
Ara masih memainkan ice creamnya, ketika akhirnya mengangkat kepalanya "gatau udah lama nggak ngobrol, Dila apa kabar nu?
"Ohh.. ga pengen tau emangnya kabar gilang?" Masih dengan perasaan ingin tau,
"udah ah nu, jgn bahas itu deh,"
"oke oke, oia dila baik ra, kita kemaren kebetulan ketemu" jawab danu dgn lekasnya. Sekarang ara yg tersenyum dgn hambarnya..
"sama pacarnya sendiri masa ga sengaja ketemu" senyum Ara masih hambar yang terasa mengintimidasi bagi Danu.
Ada keheningan cukup panjang, Ara mengisinya dengan melahap es krimnya sambil sesekali mengayunkan kakinya, sementara matanya tidak beranjak dari mata Danu. Ara memilih berbohong dengan permisi untuk pergi ke toilet setelah Danu berkata "tunangan Ra bukan pacar"
"Iya tunangan ra, tapi perlu kamu tau kalo rasa ini harusnya milik kamu, ya kamu, seandainya kamu tau ra" ucap danu dlm hati.
Dan di ujung sana ada sosok hati yg sedang kesal, sama seperti danu, ia pun berharap agar hatinya dimiliki oleh sosok yg ada tepat diujung meja sana. Namun apa daya ia hanya wanita yg tak mampu mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan.
"aku..." kata Ara terhenti, Danu tetap diam, dia mulai takut Ara akan pergi dan menghilang lagi seperti dulu. Seperti lelaki pecundang lainnya, Danu takut untuk dihadapkan pada pilihan, hatinya untuk Ara, tapi dia memiliki Dila.
"aku mmm.. saya nggak nyangka, hari ini kita bakalan sampe dipembicaraan seperti ini, tapi saya rasa harusnya dari dulu kita bicarakan ini, Saya bodoh karena untuk bersama kamu saya meninggalkan Gilang, sedangkan kamu bertahan dengan Dila dan tidak pernah mau melepaskan saya, jujur saya sempat jijik melihat kamu, tapi sekarang saya akui tindakan kamu benar, dan jangan pernah tinggalkan Dila, demi saya atau demi Ara Ara yg lainnya".
Danu tertegun dengan perkataan ara,
"kamu gatau ra, aku ga pernah nemuin apa yg aku cari dari dila, dia hanya wanita pilihan ibuku, aku ga pernah benar-benar mencintai dia, aku hanya mencoba bertahan dan aku tak penah bisa tuk ungkapin ini sama kamu, aku terlalu pengecut"
"Ah sudahlah, semuanya sudah terlambat, mungkin ini memang yg terbaik, kita ibaratkan musim semi dan salju, indah namun tak pernah bisa bersatu" cetus ara dengan perasaan emosi dan entah apa itu namanya, Danu hanya terdiam, ia tak bisa, tak sanggup lebih tepatnya.
dan Danu seakan sudah menebak akhir dari dialog ini, sehabis menenggak kopi dan menyimpan cangkirnya dengan tenang, danu berkata "demi Tuhan kali ini jangan tinggalin aku lagi, kamu cukup disini, dijangkauan pandanganku"
Tapi ara sepertinya sudah enggan tuk melakukan hal bodoh itu lagi, ia kini benar2 sudah termakan oleh perasaannya, "tinggalkan dila, lupain dia, ayo kamu jgn jadi lelaki pengecut, tunjukin dan buktiin kalo kamu benar-benar menyayangiku" seru ara dalam hatinya. Tanpa sepatah katapun ara pergi, dan danu mencoba menahannya dengan satu kalimat
"aku sayang kamu ra kemarin dan sampai hari ini" Ara benar tak jadi beranjak.
"Dila memang pilihan keluargaku, tapi aku lebih dulu bertemu dia daripada kamu, bagaimanapun kamu tau bagaimana aku harus menjalaninya, kamu benar aku tidak meninggalkan Dila untuk kamu, tapi kamu perlu tau hanya akan ada satu Ara, nggak akan ada Ara yang lain"

Ara enggan mengangkat kepalanya, air matanya jatuh sejadi-jadinya, Danu mengelus kepala Ara, Ara menepis dengan sisa tenaganya, diantara isakan Ara yg memilu Ara mengucapkan selamat tinggal "kamu harus bahagia ya, kalian harus selalu bahagia selamanya".

Wahid sempet nanya kenapa saya memilih sad ending, dan jawaban saya: hidup itu nggak selamanya seindah FTV, dan diantara dua orang yang sedang jatuh cinta, sangat mungkin ada satu orang yang sakit hati.

Rabu, 16 Oktober 2013

Ke-tiga

Ini badai ke-tiga wahai kapten, seperti badai yang sama namun lebih deras dan mengguncang. Seperti kemarin aku masih meraba arah, melihat bintang yang sesekali kau hadirkan, didepan sana gelap sekali sehingga aku enggan menerka-nerka.

Baja ini hanya bualan, aku membangunnya dengan terburu-buru, aku angkat kepalaku tinggi-tinggi, cobalah mendekat kapten didalamnya rapuh..

Disetengah kesadaran antara kanan dan kiri, diantara amukan yang ingin membuncah namun hilang bersama bulir, di tengah laut indah yang mungkin saja menenggelamkan semoga malaikat meng-Aminkan saat aku merapalkan doa-doa, disini ada malaikat tak bersayapku yang harus aku buat bangga.



-Jakarta, di Hari Kamis-

Minggu, 13 Oktober 2013

Mimpi Kecil

Setiap smsan sama Dechan (sahabat dr SMP) saya selalu ditanya, "udah nulis belom hey?" lumayan sih, kadang kita butuh alasan-alasan kecil untuk melakukan sesuatu kan? *makasih dechan. Walaupun hasilnya tetep jarang nulis,hahaha..

Barusan aja blog walking, nyangkut disalah satu tulisan seseorang tentang mimpi, impian, dan saya nulis "hey..just make it happen" di kolom comment, walaupun dengan 'anonim' , semoga dia benar-benar bisa mewujudkan mimpi-mimpinya ya..

Malem ini nggak lagi pengen nulis apa-apa, oh iya, Satu tulisan tadi sebenarnya menyentak saya, saya punya banyak banget mimpi-mimpi, lebih banyak lagi yang belum terwujud. Kita sebenarnya yang memilih kan? untuk melihatnya sebagai ketidakmampuan dan berhenti atau melihat sebagai acuan untuk melakukan usaha yang lebih keras lagi dan wujudkan.

Beberapa bulan ini, sedang banyak sekali lalu lalang perasaan, pikiran lagi padet banget, hal yang paling dipikirin gimana dengan mimpi besar saya? malam ini, saya punya jawabannya.

Saya tau hal ini tidak akan menyenangkan bagi banyak orang, terutama Ibu saya :( , tapi saya inget, dulu disalah satu obrolan selingan dengan pegawai di kampus saya pernah ditanya kenapa saya keluar dari tempat kerja saya saat itu dan saya menjawab "yang aku tau, hidup harus berani ambil resiko pak" dan ya, saya mau mengambil resiko lagi.



-Bandung, di minggu kedua-