Sabtu, 14 Desember 2013

Percaya dan Lakukan

Beberapa waktu lalu saya ngobrol dengan teman, biasa ngalor ngidul hari itu omongannya lumayan serius deh.. dia menyebut ini sebagai "teori untuk kamu" dan saya melihat ini sebagai hal yang pengen dia bilang sejak lama,hahaha..

oke hari itu ditemani kopi, berkali-kali dia menawarkan dengan basa basi, saya memang kurang cocok minum kopi,saya memeluk botol minum yang sudah saya isi dengan air putih, seingat saya hari itu sudah larut, percakapan dimulai dengan "opo tho sebenernya mimpimu?" saya rasa saya sempat tertegun sampai akhirnya saya bilang "bayak, mimpiku banyak" saya menjawabnya sambil mengulas senyum. 

"ya apa?"
"aku udah sering ditanya dengan pertanyaan itu, ada pertanyaan lain?" kata saya sambil semakin erat memeluk botol minuman.
"ceu.."
"iya, aku pengen sesuatu yang lebih baik, aku nggak bisa sebutin satu profesi karena aku punya beberapa hal yang aku pengen"
"oke aku pengen bilang ini ke kamu ceu, percaya dan lakukan"
dari satu kalimat itu saya tau, teman saya ini sepertinya akan berbicara hal serius, saat itu saya tidak menjawab, saya menggeser tempat duduk saya lebih dekat, dan melihat langsung ke matanya. Dan benar dia melanjutkan dengan panjang lebar..

"kamu pintar, kamu mandiri, tapi kamu nggak punya rasa percaya diri"

saya diam

"seringkali, saat seseorang nanya kamu bisa atau ga, kamu selalu ragu dan merasa rendah diri, kamu selalu berfikir kamu nggak bisa, kamu selalu memperlihatkan kepanikan daripada ngeliatian antusiasnya kamu, padahal kamu bisa bahkan hasilnya oke, kamu punya ketakutan yang terlalu besar".

dari pandangan mata teman saya, dia meminta saya menanggapi, dan saya cuma bilang.. "terusin aja"

"waktu kamu dikasih tanggung jawab aku merasa kamu bisa lakuin dengan baik, plus kamu bisa melakukan berbagai hal sekaligus, itu nilai plus kamu. dan itu waktu kamu dimintain tolong sama temenmu untuk foto wedding, kamu malah panik dan bilang jangan mengekspektasi kamu terlalu berlebihan, come on ceu aku suka lho liat hasil fotomu, aku kalo liat kamu ambil gambar aku suka"

di bagian ini mata saya terasa panas, kepala saya pusing nahan nangis, saya terbata bilang "aku takut ngecewain orang lain, dan kayaknya emang mengecewakan"

temen saya membenarkan posisi duduk dan bilang:

"iya itu karena kamu nggak percaya diri, orang jadi ragu sama kamu, itu yang membuat kamu di posisi ini padahal kamu bisa lebih, kamu merendahkan dirimu sendiri, coba pikirin lagi posisimu sekarang"

setelah kalimat itu saya bilang "aku ngerti omonganmu arahnya kemana, aku pusing aku pulang"


dan ya, sekali lagi saya mencoba menghindar, saya sebenarnya suka sekali berdiskusi tentang bagaimana kita seharusnya memandang hidup, tapi malam itu saya jadi pengecut. saya juga pernah terlibat percakapan yang sama, dengan teman yang lain, bedanya kami adalah orang yang "sama". Terimakasih untuk kamu atas nasihatnya, baiklah saya akan mulai melakukan semuanya, saya senang ternyata ada orang yang begitu percaya terhadap saya.




Jakarta, sedang terasa beku.

Minggu, 27 Oktober 2013

Salju dan Semi

Selamat hari blogger nasional bagi semua blogger :) sebagai blogger amatiran cuma bisa bilang selamat aja.. 
Beberapa waktu lalu sempet ketemuan sama temen SD yang gatau udah berapa lama nggak ketemu, mungkin sepuluh, sebelas atau duabelas taun? awal ketemu lagi seperti biasa di social media, walaupun dia bilang, dia pernah liat saya, dan anehnya nggak berani negor, wajar sih di SD kan saya (menurut dia) dikenal jutek,ngahahhahha.. dia juga sekarang baca blog ini katanya, haiiii wahid :D

beberapa hari ini saya dan Wahid main sambung-sambungan tulisan, walaupun diwarnai dengan perdebatan seperti 
"udah ah ending aja hid"
"jangan ih terusin aja"
"shit! ternyata Danu udah tunangan ceu?"
"kamu aja yang ungkapin alesannya, ga tega ceu"
atau
"hid tadi kan aku bikin dianya ke toilet kok sekarang di meja?"
"kan udah selesai ke toiletnya unceee"

-____-

tapi oke akhirnya selesaiiii, yeee!!! hasilnya bagus? nggak juga sih,hahahaha yang penting dari permainan ini kan kita happy, asiknya dalam nyambungin tulisan, kita nggak tau temen kita akan nulis apa atau akan sama nggak dengan pemikiran kita? tapi fun! berikut saya co-pas tulisan kita, dan sesuai permintaan Wahid, judulnya Salju dan Semi, enjoy!



                                                  Salju dan Semi

Ini ketiga kalinya Danu dan Ara saling memandang, Danu tidak ingin kehilangan moment itu tapi ia memilih untuk memalingkan wajahnya, Danu gugup. Danu tidak sanggup memandang Ara lebih lama, ia khawatir Ara akan tahu bagaimana perasaan Danu yang sebenarnya. Sedangkan ia seperti tahu Ara tidak memiliki perasaan yang sama.
Danu tak tau, paha Ara sudah membiru ia cubiti sendiri, sama seperti kemarin. Danu diam-diam mencuri pandang sekali lagi dan dia sepertinya mulai sadar bahwa Ara sedang gelisah, apa iya Ara sedang menunggu saat dimana Danu mengungkapkan perasaannya? Tapi Danu lagi-lagi ragu, ia terlalu takut, pengecut.
Danu mengais-ngais ingatannya, untuk mengurai tiap detik pertemuan pertamanya dengan Ara. siapa yang tau kini Danu jatuh cinta dengan sosok mungil itu, Ara masih cantik sama dengan kemarin Dia begitu manis dengan balutan senyuman yg selalu menghiasi wajahnya, hal yg membuat danu tak pernah lupa. Ketika danu sedang mengais-ngais ingatannya tersebut, tiba-tiba Ara mengagetkannya..
"danuuu" panggil Ara dengan manja, suara yg Danu suka.
" ya ra?". Ara tetap diam, kini danu memanggil dengan manja. Ara kembali gugup, Ara lupa mau bilang apa,
Dan danu kini semakin sadar bahwa arapun sepertinya memiliki rasa yg sama, Dua insan yg sama2 sedang jatuh cinta, "oh indahnya" cetus danu tanpa ia sadari,
Lalu ara-pun bertanya, "apanya yg indah danu?"
"gak td gw lagi ngelamun" sergah Danu.
"ngelamunin apa nu" Ara bertanya basa-basi, dan seketika berubah penasaran setengah mati ketika Danu bilang "ngelamunin tentang salju dan semi"
"Salju dan semi?" Tanya ara dengan penuh harap.
"Maksudnya apa nu?", ara masih mencari jawaban dari ucapan Danu tadi
‘Salju dan semi, 2 musim yang sama2 dicintai Tuhan, musim bagi orang2 yg jatuh cinta, indah tapi tidak pernah bisa bertemu, sama seperti kita. Danu ingin mengatakannya namun Danu memilih untuk bilang "mau tau? mau tau aja apa mau tau banget?"
"Aaah danu bikin ara penasaran aja, maau tau bangeet doong nu!!" Seru ara dgn semangatnya.
Namun danu lagi2 berkelit dan hanya melemparkan senyum yg mampu membuat ara terdiam. Setelahnya mereka saling terdiam tanpa sepatah katapun.
Lalu tiba-tiba danu menyimpan tangannya diatas kepala Ara "gausah ngelamun yuk makan". Ara tak tau mukannya sudah tak karuan, sedangkan Danu menikmati moment itu sambil sesekali memalingkan wajah karena gugup melihat langsung ke mata Ara,Tanpa pikir panjang ara mengiyakan ajakan danu,
"makan kemana nih nu?",
"udah ayo ikut aja" seru danu dan tanpa sadar tangan danu menggenggam tangan ara.
Sontak saja ara kaget namun tak ada gestur penolakan, ara menikmati momen itu. Danu dan Ara saling mengulum senyum. di sebuah rumah makan senderhana Ara memilih duduk sedekat mungkin dengan danu, tp Danu beranjak dan memilih duduk berhadapan dengan Ara. seperti ini Danu ingin memandang wajah Ara lekat di antara lampu kuning yg termaram dan Ara sekali lagi dibuat malu olehnya, ketika kedua bola mata mereka bertemu dlm satu titik koordinat yg sama. Sungguh momen yg sangat mereka nikmati satu sama lain, lalu danu memberanikan diri tuk memulai percakapan.
"Ara, ga pernah peduli cuaca, setiap ke kedai ini pasti lo pesen vanilla ice cream, gw belum pernah nanya kenapa ya ra?"
"soalnya manis, aku selalu ngerasa ada rasa manis yg tersisa aja setelah makan ice cream, seenggaknya kalau ada hal yg menjengahkan setelah makan ice cream, ada manis yg kesisa di mulut, atau diingatkan" Ara menjelaskan dengan sesekali melihat atap. Danu tersenyum.
"Oooh begitu ya," jawab danu,
setelahnya ara berbalik bertanya, "km sendiri ko seneng bgt sama kopi sih?".
"Oh ini? Hmm menurutku, kopi tuh unik, disana ada dua rasa yg berkebalikan tp saling melengkapi, bayangin kalo kemanisan? Ato kalo terlalu pahit?, ibarat hidup tuh harus seimbang dan saling melengkapi" jelas danu dgn gaya sok2 ngerti dan sok filosofis. Ara kembali tersenyum dan mengangguk entah mengerti ato iya iya aja.
Lalu Danu, entah keberanian dr mana bertanya pada Ara
"apa kabar Gilang?" dengan senyum, senyum yang hambar.
Ara masih memainkan ice creamnya, ketika akhirnya mengangkat kepalanya "gatau udah lama nggak ngobrol, Dila apa kabar nu?
"Ohh.. ga pengen tau emangnya kabar gilang?" Masih dengan perasaan ingin tau,
"udah ah nu, jgn bahas itu deh,"
"oke oke, oia dila baik ra, kita kemaren kebetulan ketemu" jawab danu dgn lekasnya. Sekarang ara yg tersenyum dgn hambarnya..
"sama pacarnya sendiri masa ga sengaja ketemu" senyum Ara masih hambar yang terasa mengintimidasi bagi Danu.
Ada keheningan cukup panjang, Ara mengisinya dengan melahap es krimnya sambil sesekali mengayunkan kakinya, sementara matanya tidak beranjak dari mata Danu. Ara memilih berbohong dengan permisi untuk pergi ke toilet setelah Danu berkata "tunangan Ra bukan pacar"
"Iya tunangan ra, tapi perlu kamu tau kalo rasa ini harusnya milik kamu, ya kamu, seandainya kamu tau ra" ucap danu dlm hati.
Dan di ujung sana ada sosok hati yg sedang kesal, sama seperti danu, ia pun berharap agar hatinya dimiliki oleh sosok yg ada tepat diujung meja sana. Namun apa daya ia hanya wanita yg tak mampu mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan.
"aku..." kata Ara terhenti, Danu tetap diam, dia mulai takut Ara akan pergi dan menghilang lagi seperti dulu. Seperti lelaki pecundang lainnya, Danu takut untuk dihadapkan pada pilihan, hatinya untuk Ara, tapi dia memiliki Dila.
"aku mmm.. saya nggak nyangka, hari ini kita bakalan sampe dipembicaraan seperti ini, tapi saya rasa harusnya dari dulu kita bicarakan ini, Saya bodoh karena untuk bersama kamu saya meninggalkan Gilang, sedangkan kamu bertahan dengan Dila dan tidak pernah mau melepaskan saya, jujur saya sempat jijik melihat kamu, tapi sekarang saya akui tindakan kamu benar, dan jangan pernah tinggalkan Dila, demi saya atau demi Ara Ara yg lainnya".
Danu tertegun dengan perkataan ara,
"kamu gatau ra, aku ga pernah nemuin apa yg aku cari dari dila, dia hanya wanita pilihan ibuku, aku ga pernah benar-benar mencintai dia, aku hanya mencoba bertahan dan aku tak penah bisa tuk ungkapin ini sama kamu, aku terlalu pengecut"
"Ah sudahlah, semuanya sudah terlambat, mungkin ini memang yg terbaik, kita ibaratkan musim semi dan salju, indah namun tak pernah bisa bersatu" cetus ara dengan perasaan emosi dan entah apa itu namanya, Danu hanya terdiam, ia tak bisa, tak sanggup lebih tepatnya.
dan Danu seakan sudah menebak akhir dari dialog ini, sehabis menenggak kopi dan menyimpan cangkirnya dengan tenang, danu berkata "demi Tuhan kali ini jangan tinggalin aku lagi, kamu cukup disini, dijangkauan pandanganku"
Tapi ara sepertinya sudah enggan tuk melakukan hal bodoh itu lagi, ia kini benar2 sudah termakan oleh perasaannya, "tinggalkan dila, lupain dia, ayo kamu jgn jadi lelaki pengecut, tunjukin dan buktiin kalo kamu benar-benar menyayangiku" seru ara dalam hatinya. Tanpa sepatah katapun ara pergi, dan danu mencoba menahannya dengan satu kalimat
"aku sayang kamu ra kemarin dan sampai hari ini" Ara benar tak jadi beranjak.
"Dila memang pilihan keluargaku, tapi aku lebih dulu bertemu dia daripada kamu, bagaimanapun kamu tau bagaimana aku harus menjalaninya, kamu benar aku tidak meninggalkan Dila untuk kamu, tapi kamu perlu tau hanya akan ada satu Ara, nggak akan ada Ara yang lain"

Ara enggan mengangkat kepalanya, air matanya jatuh sejadi-jadinya, Danu mengelus kepala Ara, Ara menepis dengan sisa tenaganya, diantara isakan Ara yg memilu Ara mengucapkan selamat tinggal "kamu harus bahagia ya, kalian harus selalu bahagia selamanya".

Wahid sempet nanya kenapa saya memilih sad ending, dan jawaban saya: hidup itu nggak selamanya seindah FTV, dan diantara dua orang yang sedang jatuh cinta, sangat mungkin ada satu orang yang sakit hati.

Rabu, 16 Oktober 2013

Ke-tiga

Ini badai ke-tiga wahai kapten, seperti badai yang sama namun lebih deras dan mengguncang. Seperti kemarin aku masih meraba arah, melihat bintang yang sesekali kau hadirkan, didepan sana gelap sekali sehingga aku enggan menerka-nerka.

Baja ini hanya bualan, aku membangunnya dengan terburu-buru, aku angkat kepalaku tinggi-tinggi, cobalah mendekat kapten didalamnya rapuh..

Disetengah kesadaran antara kanan dan kiri, diantara amukan yang ingin membuncah namun hilang bersama bulir, di tengah laut indah yang mungkin saja menenggelamkan semoga malaikat meng-Aminkan saat aku merapalkan doa-doa, disini ada malaikat tak bersayapku yang harus aku buat bangga.



-Jakarta, di Hari Kamis-

Minggu, 13 Oktober 2013

Mimpi Kecil

Setiap smsan sama Dechan (sahabat dr SMP) saya selalu ditanya, "udah nulis belom hey?" lumayan sih, kadang kita butuh alasan-alasan kecil untuk melakukan sesuatu kan? *makasih dechan. Walaupun hasilnya tetep jarang nulis,hahaha..

Barusan aja blog walking, nyangkut disalah satu tulisan seseorang tentang mimpi, impian, dan saya nulis "hey..just make it happen" di kolom comment, walaupun dengan 'anonim' , semoga dia benar-benar bisa mewujudkan mimpi-mimpinya ya..

Malem ini nggak lagi pengen nulis apa-apa, oh iya, Satu tulisan tadi sebenarnya menyentak saya, saya punya banyak banget mimpi-mimpi, lebih banyak lagi yang belum terwujud. Kita sebenarnya yang memilih kan? untuk melihatnya sebagai ketidakmampuan dan berhenti atau melihat sebagai acuan untuk melakukan usaha yang lebih keras lagi dan wujudkan.

Beberapa bulan ini, sedang banyak sekali lalu lalang perasaan, pikiran lagi padet banget, hal yang paling dipikirin gimana dengan mimpi besar saya? malam ini, saya punya jawabannya.

Saya tau hal ini tidak akan menyenangkan bagi banyak orang, terutama Ibu saya :( , tapi saya inget, dulu disalah satu obrolan selingan dengan pegawai di kampus saya pernah ditanya kenapa saya keluar dari tempat kerja saya saat itu dan saya menjawab "yang aku tau, hidup harus berani ambil resiko pak" dan ya, saya mau mengambil resiko lagi.



-Bandung, di minggu kedua-

Minggu, 25 Agustus 2013

30 September 2013

30 september 2013, saya dianggap nggak peduli dengan tanggal ini, sebenernya takut, tapi coba me-mind-set satu hal everything's gonna be ok, berusaha waras ditengah-tengah metode janggal yang memuakan, mereka sedang meminta kita jatuh, tapi apa harus?

ditengah pertanyaan, apa? kenapa? kenapa dia? kenapa bukan saya? kenapa saya dulu memilih ini? ditengah pandangan merendahkan, bukankah harusnya kita menari? 

saat mereka meminta 'berbaliklah dan menyerah', berbalik saja tapi jangan pernah menyerah..



Jakarta,sedikit demam.

Rabu, 14 Agustus 2013

Bukan nominalnya..

Beberapa waktu lalu sempet harus ke daerah kebon Sirih, jaraknya lumayan jauh sih dari kosan, dan nggak tau pula harus naik apa, lebih tepatnya males kali ya untuk pake angkot atau busway plus harus ngejar waktu untuk ke kantor juga, dihari pertama ke kebon sirih pulangnya saya naik taxi dengan supir yang udah tua, dengan rambut putih, senyum yang teduh dan medok jawa. Sayangnya saya nggak pernah membaca nama driver, yang pasti bapak ini baik banget, nyari jalan yang pintas supaya nyampe nya cepet, cara ngajak ngobrolnya sopan sekali, saya selalu suka moment ngobrol dengan siapapun, hari itu ongkos yang tertera di argo cuma 37.000 karena dia juga nyetirnya ngebut, waktu saya kasih uang lebih, Bapak itu berkali-kali bilang makasih 
dan bilang 13.000 sangat besar untuk uang lebih, saya ngerasa bapak itu tulus, saya ikut seneng dan mendoakan.
Seminggu kemudian, saya harus ke kebon sirih lagi. dengan dua tas di tangan kanan dan kiri saya berdiri didepan stasiun kereta, dan disamperin tukang ojeg. 
"ojeg neng?" kata bapak tukang ojeg.
"ke metro TV berapa pak?"
"40rb ya neng" katanya bersemangat, saya mengangguk.
 Tukang ojeg ini orang yang sangat bersemangat, di dalam hati saya bilang "nanti ngasih 50rb aja deh". beberapa detik saya ngomong dalam hati bapak tukang ojeg ngomong "neng tank bensin udah merah nih, isi bensin dulu aja ye?" katanya dengan logat khas betawi.
"oh silahkan pak" kata saya, entah kenapa saya pengen liat ke arah penanda bensin, dan nggak merah. oke.
"neng, tenk nya udah merah nih, nggak akan sampe ke metroTV, neng tambahin ongkosnya ya jadi 50 ribu" saya langsung pengen teriak 
"LO PIKIR GUE NGGAK NGERTI MOTOR APA?" tapi saya cuma bilang "oh, boleh" saya ingat sebelumnya memang mau bayar ongkos 50 ribu. di Jalan bapak tukang ojeg ini, ngomong segalam macem yang mana saya cuma jawab, "oh", "ga juga", "oh", "heem" atau nggak saya jawab, biasanya saya nggak kaya gini.
Di perjalanan beberapa pom bensin juga selalu dia lewatin, padahal dia bilang tenk nya udah kosong, hampir sampai metroTV dia bilang "saya nggak usah isi bensin aja neng, neng kayaknya buru-buru banget mau ke MetroTV" turun dari motor, saya bayar, bilang terima kasih tanpa senyum.

nggak tau ya kenapa saya bisa kesel banget hari itu, di contoh pertama beruntung bertemu dengan seorang bapak yang baik, ramah, santun, di contoh kedua, saya pada awalnya sudah berniat untuk memberi uang lebih, tapi ketika dia meminta dan berbohong itu nggak banget.
dari sini saya sadar pentingnya menjadi seseorang yang jujur, ketika kita tulus, jujur. Kita nggak akan tau kebaikan yang kita dapet. Tapi waktu kita ingin mendapatkan sesuatu yang lebih tapi dengan kebohongan, mungkin akan dapet sesuatu yang lebih itu, tapi apa iya akan berkah? :)
itu aja.



@unceu

 

Sabtu, 06 Juli 2013

Untuk Adit

Saya ingat sepenggal Dialog yang mengubah kita. Saat itu Tuhan lebih senang mengguyur bumi, dan kamu memilih kedai kopi, padahal nggak satupun dari kita minum kopi. Untuk saya ini adalah sepenggal yang manis semoga untuk kamu juga.

“Gue dari dulu nggak pernah lho ada ritual nembak ke cewek, kalau gue suka sama satu cewek gue bakalan ngajak dia nonton, makan berdua, dan ngalir gitu aja pegangan tangan, ngecup kening” kata kamu dengan tangan melayang-layang dilangit, dasar adit.

“Putusnya?” saya menanggapi dengan belepotan es krim dimulut. Ya di kedai kopi, makan es krim.

“Putusnya ya kalau salah satu dari kita udah nggak nyaman dan udah nggak mau pacaran.” Lagi-lagi dengan tangan melayang-layang.

“Aneh, Kalau aku, selama salah satu dari kita nggak ada yang ngomong suka, sayang dan lainnya berarti nggak ada keputusan yang harus diambil, berarti hanya temen.”

“Kenapa?” kata kamu dengan mengangkat satu alis.

“Kalau suka harus bilang dit..” dengan nada bicara yang halus, saya berusaha senyum semanis mungkin malam itu, dan kamu menjawab:
“Ribet”

Kandas sudah khayalan saya, saya kira malam itu kamu akan bilang aku suka kamu, I love you, atau gue suka sama lo, apapun itu. Kita dasarnya emang beda ya, setelah pembicaraan itu kamu lebih memilih memandangi ke jendela disebelah kamu, dengan menyerong memandang langit. Sedangkan saya lebih tertarik memandang kuku, saya gugup dit. Jantung saya berdetak kencang, di kedai kopi itu perasaan saya sudah membuncah terhadap kamu, setiap kali kita pergi ke suatu tempat saya memilih duduk disebelah kamu supaya tidak bisa memandang langsung ke mata, saya malu. Walaupun akhirnya kamu akan pindah, memandang lekat, tersenyum. Pernah sekali saat saya sampai rumah paha saya sudah merah-merah hampir membiru, saya cubiti sendiri waktu kita pergi makan bersama, kalau ingat hari itu saya mau jatuh ke-jurang saja rasanya.

“Liat deh bintang diatas, apa ya nama bintangnya? Asparagus? Kaya nama es” katamu, garing dan membuyarkan lamunan saya.

“aku sih berharap itu Canopus,dit”

“kenapa?”

“nggak kenapa-kenapa,namanya bagus aja. Nama canopus itu diambil dari nama kota tua di mesir lho, pasti indah ya disana sampe-sampe namanya dijadiin nama bintang? Eh Kita kok jadi sok tau gini sih ngomongin bintang kamu sih, duluan” kata saya masih mendongakan kepala.

“I love you, Dilla” kata kamu lembut, saya masih terpaku melihat keluar jendela, ke arah langit.

“I love you Dilla” kata kamu sekali lagi, sambil memegang pipi saya yang dingin dan mengelusnya. Saya hanya bisa diam dan tersenyum, saya menaikan satu alis.

“kalau suka harus bilang Dilla” kata kamu menirukan saya, tangan kamu gemetaran saat itu, lucu sekali. Saat itu pasti fase yang aneh untuk kamu ya, kamu pasti sangat membenci hal kekanak-kanakan dalam mengekspresikan cinta.

“I love you too” kataku, aku hanya bisa menjawab itu.

Hari itu menjadi pertama kalinya kamu menyatakan cinta, dan kepada saya. Kita selalu pergi bersama, saling menjaga, saling melempar kode bahwa kita memang bersama, menjalin sebuah cerita, tapi saya tidak mau menebak-nebak Adit, kalau suka harus bilang. Happy 1st Anniversary Adit.






-unceu-


PS:
-nama dan cerita diatas murni karangan saya, nggak ada cerita yg terkorbankan #naonceu
-makasih untuk Dechan yg rutin baca blog ini, dan sms "ini udah Juli ayo cepat nulis" *hug*


Kamis, 04 Juli 2013

untitle

Langit nggak akan selamanya hujan,katanya. Setelah itu Matahari akan jauh terasa indah setelah kepergiannya. Hanya saja ini badai,wahai kapten. Aku masih buta arah, tapi izinkan aku berlayar, jauh dan semakin jauh, hingga akhirnya aku bisa kembali pulang, ya nanti aku akan pulang. Jangan lupa sajikan taburan bintang-bintang, aku ingin melihatnya setiap kali aku harus berhenti sejenak dilautan lepas.

Wahai kapten tolong aku, itu saja.

Minggu, 09 Juni 2013

Entah Menyebutnya Apa

Aku ingin sekali menjelma menjadi tafsir yang berbicara, mengartikan setiap kata, gerak, rasa.
Seringkali kita ada disituasi menunggu,berdua. Lalu mengurai tentang semua hal.
Kamu selalu memilih tempat duduk yang mengharuskan kita berhadapan, memandang langsung ke mata, mengumbar tawa sampai semua orang dengan gusar menoleh, seribu gadget yang setia itu kamu simpan rapat, kamu suka bercerita dan mendengar.
Kamu selalu bertanya apa yang saya mau, sejujurnya bersama kamu saya seperti melihat dalam cermin, namun bedanya kamu menceritakannya dan saya meng-iyakan dalam diam. Kita tidak pernah saling memberi solusi, benar apa yang kamu bilang kita hanya perlu saling mendengar.
Saya selalu merasa aman tanpa kamu melakukan apa-apa, Jika kita dihadang preman saya yakin kamu tidak akan melindungi saya, mungkin saat itu kamu malah akan lari bersama saya.
Saya selalu membuat sesuatu setelah bertemu kamu, termasuk tulisan ini. Kamu selalu bilang saya bisa dan mampu, dan kamu memiliki kekuatan untuk membuat saya percaya. 
Saya sendiri kelu kalau mengartikan ini cinta, karena ini bukan. Sekalipun kamu tidak pintar membedakan rasa, jelas ini bukan cinta. Hanya saja Jika saya diberi kewenangan untuk memilih siapa saja orang-orang yang bisa menemani saya, salah satunya pasti kamu.

Sabtu, 13 April 2013

Malaikat tak bersayap

Wahai malaikat tak bersayap, tidak akan pernah lupa setiap kata sederhana yang aku ikuti dengan terbata-bata, massa yang akan tetap bersemayam dalam ingatan.

Jauh sebelum massa itu, setiap pelukan tanpa kata darimu nyata adanya. Setetes air dimusim penghujan akan engkau halau untukku, atau engkau hanya ingin memastikan selimutku cukup untuk menghangatkanku. 
kini aku bisa menggambarkannya sesederhana pesanmu untuk Noda diwajahku yang tiba-tiba datang dengan brutal dan engkau mencoba mengusirnya.

Wahai malaikat tak bersayap Tuhan tau adanya aku tergila-gila pada restu dan doamu.  Hati. Nafas. Kata.Tapi sungguh aku tak mampu mengurainya.  

Kita yang selalu bertelepati..

Wahai malaikatku yang tak bersayap, kini aku takut..



Berpasangan atau Tidak

okedeh judulnya,hahhaha..

Nggak tau ya.. nginjek umur sekarang jadi banyak perbincangan tentang hmmm... pernikahan. Tentang pentingnya seorang 'teman' hidup atau malah nggak pentingnya, ada juga yang bilang nggak penting karena pada dasarnya kitapun akan 'pulang' sendirian kan? ada beberapa hal dari obrolan yang akhirnya pengen unce tulis disini sih.. 

Disatu makan siang, unce makan siang bareng sama temen satu divisi juga dikantor. pas lagi nunggu makanan, unce ngeliat anak kecil dan unce godain.

mbak : cieee.. pengen punya anak ya?
unce  : nggak mbak, suka godain ajaaaa
mbak : nikah dong ceu.. seru lho punya anak..
unce  : hahaha.. iya mbak entar, eh nanya deh mbak, mbak nikah udah berapa lama?
mbak : 5 tahun
unce  : bosen nggak?
mbak : ya nggak lah ceu.. kenapa? unce takut bosen? nggak kok ceu, justru seneng, ada yang nemenin ada yang jagain, kalau pulang kerumah pas mau tidur ada temen cerita seharian ini ngapain aja, kalau ada masalah cari solusi bareng-bareng. yang lo takutin apa?
unce  : hehehe..
mbak : lahhh malahan ketawa sih ceu, takut nggak bebas? atau takut gagal?
unce  : *ngangkat bahu* aku selalu ngerasa untuk memutuskan menikah butuh pertimbangan deh mbak, banyak hal yang harus difikirin dulu mbak..

mbak : gue nggak tau ya kalo soal kegagalan, itu kan urusan Tuhan kita berjodoh sama seseorang berapa lama, tapi moment akhirnya memutuskan akan menikah tuh nggak bisa dijelasin ceu, akan ada jalannya, batin kamu bilang iya sampe akhirnya kamu setuju untuk nikah.
unce : oh aku ngerti..


agak random sih mau makan, perut aja keroncongan banget tiba-tiba ngomongin soal pernikahan. pernah juga ngobrol sama temen dengan pemikiran yang beda, ada yang mau tapi belum siap, ada yang mau menikah tapi belum ada jodoh, ada juga yang memutuskan untuk nggak menikah, ada dengan alesan dia nggak butuh orang lain dan ada juga yang nggak mau terikat, 'tinggal bareng ayok, nggak usah ada pernikahan'
tapi ada satu hal yang membuat unce suka dengan perbincangan random di siang itu.. yaitu..


unce  : setelah nikah sempet nggak sih mbak nyesel, ngerasa nggak bebas gitu misalnya?
mbak : nyesel sih nggak, cuma kadang sirik aja sama temen-temen yang bisa jalan-jalan dengan bebas, make uang mereka untuk pergi keluar negeri, dan sedangkan gue harus mengatur uang untuk keluarga gue. tapi satu hal yang selalu gue percaya ceu, mereka kan jalan-jalan untuk mencari kesenangan, mereka perlu untuk pergi jauh dari rumah untuk merefresh otak dan mencari kesenangan, sedangkan gue, untuk mendapatkan kesenangan, gue cuma perlu untuk.. pulang.




-unceu-

Minggu, 03 Maret 2013

Asep

Diatas aspal yang panas Asep menekuk kaki sejadi-jadinya, ditengoknya kanan dan kiri, sesekali dilihatnya kaki kiri yang dihinggapi lalat itu, kalau ada yang memperhatikan muka Asep meringis.

lama-lama mulut Asep berdecak kesal, didorongnya kaleng biscuit tanpa tutup itu, jam berapah sih ini kata Asep dalam hati. Sudah siang beginih belum juga saya teh dapet uang, sambungnya.

Menjelang magrib, Asep merangkak pulang, di taman tidak jauh dari lampu merah ia duduk di satu bangku reyot, tidak lupa dipilihnya tempat yang agak remang. Perlahan Asep membuka celana, didalamnya sudah ada celana rangkap. dibersihkanlah kakinya dari sisa-sisa tape pengundang lalat. Dibuangnya tape, perban dan obat merah. Jadilah sekarang Asep yang sehat, tak ada satupun luka dan cacat disana.

Asep menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya dalam-dalam, beberapa hari ini Asep hanya mendapatkan beberapa uang logam 500 rupiah, manusia sudah nggak punya rasa kasian!!! sayah harus ngemis gimana lagi!!! murkanya dalam hati.

Didepan rumahnya Asep terduduk, Asep baru saja menonton Tv. Asep memilih duduk di pinggir kolam sambil memberi makan ikan, ada beberapa camilan pula untuk dirinya sendiri, juga sambil mendengarkan lagu Bang Toyib dari telepon genggam terbarunya. Melalui Tv Asep tau, media membongkar modus pengemis palsu lewat penelusuran yang mereka sebut Investigasi. Ah hari ini nggak usah kerja, untung sajah sayah punya tabungan, kata Asep.

Asep libur beberapa hari..




Jakarta. 
@unceu


Sabtu, 23 Februari 2013

Pianistku

Aku tidak pernah tahu bagaimana caranya menghentikan mataku yang selalu mendadak basah setiap kali mendengar sebaris namamu disebut.

Setelahnya aku akan mengingat alunan piano yang kamu mainkan ditoko musik milik Pak Prama, yang rutin kamu sambangi. dan dulu itu aku membuat kebetulan-kebetulan sehingga aku ada disana mendengar lagumu yang aku paksa menjadi lagu kita.

Masih teringat gelak tawamu saat aku meminta kau membungkuk terima kasih pada penggemar-penggemarmu ditoko itu. Semoga kamu ingat wajah-wajah kagum pengunjung toko saat kau mengalunkan lagumu, yang seperti aku bilang aku paksa menjadi lagu kita.

Aku selalu mendengar dengan tekun sambil memakan beberapa butir coklat, kau pernah bertanya kenapa, bodoh! tentu aku ingin membuat semua moment itu bertambah manis, pianistku.

Pernah satu kali aku mengganggumu dengan alasan membantu dan kau mengizinkannya. Dengan wajah jenakamu kamu bersorak tentang nada baru, lucu sekali. sejujurnya aku lebih suka lagu kita.

Wahai pianistku, kini lagu kita terdengar pilu ditelinga terlebih dihati setelah kau pergi tanpa permisi. Pianistku aku yang selalu bersembunyi dibalik nadamu, aku yang selalu mengagumimu dalam diam, aku selalu disana, semoga kamu mengingatnya.




jakarta, februari 2013

Minggu, 17 Februari 2013

Dialog

"saya minta maaf, kemarin saya nemenin shila dan lupa kalau ada janji dengan kamu".
"..."
"kamu tau dira? kenapa saya sering sekali nemenin shila sampai larut hingga saya lupa semuanya?"
"karena shila lebih menyenangkan dari saya? plus cantik?" Dira menatap Danu.
"kamu benar, shila menyenangkan, cantik, kalau boleh saya tambahkan dia juga polpuler, saya perlu tekankan saya tidak mengkomparasi dia dengan kamu. saya cuma mau bilang..."
"..."
"dira, kamu tau? setiap kali saya melihat matanya ada keheningan dan kesedihan disana, matanya seolah bilang kalau dia rindu akan kebahagiaan, dia mungkin terkungkung, saya mau dia tau kalau dia nggak sendiri"
"oh ya? apa yang kamu lihat dari mata saya?"
"marah, kamu benar-benar marah"
'oke saya juga harus bilang, saya menunggu lama sekali danu, nunggu kamu seharian di bangku kita tanpa pindah satu jengkalpun itu nggak ada apa-apanya, saya menunggu lama sekali untuk melihat mata kamu berbinar karena jatuh cinta, saya menunggu untuk mendengar kamu bernyanyi tanpa kamu sadari. setelah 3 tahun 2 bulan 14 hari saya mengenal kamu akhirnya saya bisa melihat itu, tapi demi Tuhan kenapa bukan untuk dan karena saya?'
"Dira kamu ngelamun? kamu mau bilang apa?" Danu menjentikan jari berkali-kali didepan mata dira.
"...."
"...."
"beliin saya es krim"

Kamis, 17 Januari 2013

pemimpi

Saya adalah pemimpi, kamu adalah mimpi terbesar saya. Bangun dari tidur adalah waktu terburuk, maka biarkan saya terus bermimpi. 

Ada jeda untuk setiap kata agar kamu mengerti arti dari saya hanya butuh kamu. cukup kata pada kalimat yang berjeda, bukan kita. Kamu tidak tahu betapa saya menjadi gila, ketika setiap jengkal tubuh kamu bereaksi hanya karena sebaris nama. kemudian saya berlutut pada bayangan untuk tetap ada dibelakang sana, kamu mengintipnya dengan basa-basi.

dilangit senja pada bulan Juni, saya mengukirkan kata cinta begitu juga dengan kamu. saya mengadu karena rindu, sore itu burung-burung berbicara dengan bahasa yang sulit dimengerti, ternyata ini lagi-lagi tentang luka, kita mengukirkan nama yang berbeda.

Wahai mimpi terbesar saya, saya akan kembali tidur untuk kemudian bertemu, kamu.

Senin, 14 Januari 2013

Rumah


Saya adalah rumah, wahai penghuni yang baik hati. Mungkin kamu adalah pengembara yang akan terus diluar sana tanpa lelah, atau mungkin kamu tawanan yang sangat lelah, yang kemudian mencari nafas dari kata bebas. Carilah cinta sebanyak yang kamu bisa, hidupkanlah kehidupan sekokoh Iman nabi terakhir kepada Tuhannya. 

Wahai penghuni yang baik hati saya adalah rumahmu, ketika kamu lelah dan menyerah saya adalah tempat terakhir dimana kamu akhirnya… Pulang.

Minggu, 13 Januari 2013

Jembatan Kita

Disebuah jembatan yang awalnya kita bangun bersama, yang kemudian aku coba bangun sendirian, dengan tangan-tangan yang rapuh, lalu jatuh.

Tenang aja, aku nggak apa-apa, seperti yang aku bilang sebelumnya, aku akan tetap membangunnya untuk kita, sedangkan kamu boleh melihat diujung sana.
Di satu sisi jembatan yang sebelumnya telah kamu bangun dengan khiasan bunga-bunga, yang sebenarnya kamu lupa untuk rawat, gawat.


mereka kerontang.



aku nggak ingat bagian mana yang membuat kamu tidak mengerti kemudian berubah menjadi seorang pengecut. Hingga menjadi buta....Hati.

disela semuanya aku hanya bisa menitipkan do'a.
Tuhan, tak perlu kata.. aku hanya minta pendar mata yang sama dengan matanya tiga tahun lalu..



_unceu_

Minggu, 06 Januari 2013

Untitled

Tentang secangkir teh tanpa gula, dengan donat kentang yang kubuat dengan terburu-buru. menetralkan secangkir kopi pekat, I wish..

kopi pekat yang membuat kamu tetap diam disana, berdiri saja enggan.

terduduk didepan perapian sambil memandangi gambar dia, lalu sesekali tertawa kemudian menangis. did I tell you how much I love you,my darling? sadarkah kamu, dia tidak akan pernah menoleh lagi?